Secepat Inikah Semuanya Berlalu?


Bertemu denganmu suatu anugerah, mengenalmu adalah hal terindah, denganmu aku dapat mengerti arti bahagia, dan hadirmu dalam hidupku tak kan mungkin ku lupa.
            Hai, namaku Aurora Maharani, seorang siswi yang masih labil menentukan arah hidupnya. Aku sekarang duduk di bangku kelas 10 di SMA Harapan II Surabaya. Aku ingin memperkenalkan seseorang yang begitu berarti dalam hidupku.
            Elvano, lelaki kelas 12 di SMAku ini adalah sumber inspirasiku. Tinggi, tampan, pintar, gagah, dan berwibawa, juga berstatus sebagai ketua osis di sekolah ini. Dia adalah idola kaum hawa, dari kakak kelas hingga adik kelas. Tak ada yang mampu menolak pesonanya, begitupun aku.
            Aku mengenalnya sejak kali pertama aku menginjakkan kakiku di sekolah ini, waktu itu hari pertama aku menjadi siswi di SMA ini. Aku bingung mencari dimana kelasku, sekolah ini begitu besar. Sebenarnya ada denah yang terpampang di depan papan pengumuman dekat gerbang. Namun waktu itu aku terburu-buru, aku tak sempat melihat denah tersebut, aku terlambat. Raut wajahku pun terlihat kebingungan. Hingga ada seseorang yang menepuk punggungku dari belakang dan berkata “hey murid baru ya? Kayaknya lagi kebingungan, ada yang bisa dibantu?” aku cukup terkejut akan kedatangannya. Aku pun langsung menjawab “ehm, iya kak, kakak tau nggak dimana kelas X-9?” aku menyadari dia kakak kelasku ketika aku melihat badge bajunya. “oh iya, itu di lantai 2, ayo aku antar, biar ga nyasar, hehe” candanya. Sambil dia mengantarkan aku ke kelas, kita tertawa bersama.
Kak Vano: uda sampai nih
Rara: oh disini, makasih ya kak (memberi senyuman)
Kak Vano: iya, kalo ada yang belum jelas tentang sekolah ini tanya aku aja ya, jangan malu, bye (membalas senyum)
            Senyumnya begitu indah. Tak pernah sebelumnya aku melihat senyum yang setulus ini. Kedua bola matanya pun berkilau, layaknya butiran Kristal yang begitu mengkilap. Damai, sejuk, tenang, itu semua yang aku rasakan ketika aku menatapnya. Tuhan, sungguh Engkau menciptakan makhluk-Mu begitu sempurna, bahkan nyaris tak ada cela, bagai seorang malaikat tanpa sepasang sayap.
            “teet” bel masuk sekolah pun berbunyi, aku berhenti memikirkan sesosok malaikat itu. Dia begitu baik, tak heran jika aku menyebutnya “malaikatku”. Aku memulai masa putih abu-abuku dengan kebahagiaan. Kebahagiaan menjadi siswi SMA, kebahagiaan bersekolah di SMA ini, karena SMA ini sekolah favorit di Surabaya, dan kebahagiaanku kian lengkap setelah aku bertemu denganmu.
            Esok  harinya, aku berangkat dengan raut wajah yang ceria. Hati kecilku berharap dapat bertemu dengan kakak malaikat. Tuhan mendengar do’aku. Ketika aku masuk gerbang sekolah, aku bertemu dengannya. “kak malaikat” aku menyapanya. Dengan raut kebingungan, kakak itu bertanya padaku, “kamu manggil aku?” menunjuk dirinya.
“iya kak, maaf aku manggil kayak gitu, aku belum tau nama kakak” ujarku. “oh iya ya, kita belum kenalan. Aku Elvano Hardianto, panggil aja kak Vano” Sambil mengulurkan tangan. “loh kakak kak Vano? Ketua osis SMA ini?” aku pun terkejut. ‘iya hehe, kenapa kaget? Aku nggak pantes ya jadi ketua osis?” ucapnya. “enggaklah kak, pantes banget malah, aku Cuma heran, ada ya ketua osis yang baiknya minta ampun kayak kak Vano” ucapku. “eh jangan salah, nggak semua ketua osis itu kejam loh hehe, eh namamu siapa?” tanyanya. “hehe iyasih, aku Aurora Maharani kak, panggil aja Rara” jawabku. “oh okedeh Ra, gih masuk kelas sana” suruhnya. ‘iya kak Vano, bye’ kataku. “bye Ra” katanya.
            Tuhan, ternyata nama malaikatku itu kak Vano, seorang ketua osis dengan jabatannya yang tinggi yang tetap dapat bersahabat dengan siapapun. Aku semakin kagum padanya, pada dia yang begitu istimewa.
            Hari demi hari pun telah berlalu, aku semakin dekat dengan kak Vano. Siang itu kak Vano ke kelasku. “Ra, sini” suruhnya. “apa kak?” jawabku. “ikut aku yuk, aku mau nyari soal-soal unas SMA” ajaknya. “kapan kak? Pulang sekolah nanti?” tanyaku. “iya, gimana?” jawabnya. “yaudah deh kak, aku juga mau nyari buku” ujarku. “okedeh Ra, entar ketemu di parkiran ya” ujarnya
            “tengtong” bel pulang berbunyi. Saatnya ke parkiran. Hari ini pertama kalinya aku di ajak kak Vano pergi. Ya, walaupun Cuma ke toko buku, tapi setidaknya aku dapat lebih lama bersamanya. “Ra, ayo naik, jangan ngelamun aja’ ejeknya sambil mengeluarkan motornya. ‘eh iya kak” ujarku dengan lirih. Di perjalanan kak Vano banyak mengeluarkan pertanyaan kepadaku. Serius namun memiliki selera humor yang tinggi, itulah gambaran sosok ketua osis ini.
            Akhirnya kita sampai di mall yang merupakan pusat toko buku terbesar di kota kita tercinta ini. “ayo Ra” kak Vano menggandeng tanganku. “iya kak” ujarku. Kita pun melewati sebuah toko yang di dalamnya terdapat semua barang yang bergambarkan tokoh kartun favoritku yaitu hello kitty. Aku pun histeris melihatnya “loh hello kittynya lucu banget” gumamku. Tak kusangka kak Vino mendengarnya. “boneka itu Ra? Kamu mau?” tanyanya. “mm..mau sih kak, tapi.. nggak deh, uangnya buat beli buku aja hehe” jawabku. “oh ayodeh Ra” ajaknya,
            “Ra, aku uda nemu buku yang aku cari” ujarnya. “ oh, aku juga uda kak” ujarku. ‘eh Ra, aku janji deh kalau kamu bisa meraih peringkat satu di semester genap ini, aku bakal kasih kamu hadiah” katanya. “serius nih kak?” tanyaku. “iya Ra” jawabnya.
            Aku semakin penasaran dengan apa yang akan di kasih kak Vano jika aku mnenduduki peringkat pertama. Aku pun tak ingin menyia-nyiakannya. 2 bulan lagi ujian kenaikan kelas akan berlangsung. Aku semakin jarang bertemu kak Vano. Dia yang sibuk dengan unasnya, dan aku juga yang sibuk mempersiapkan ujianku. Wkatuku hanya ku isi dengan belajar, belajar, dan belajar. Aku ingin mendapat hadiah spesial dari seseorang yang spesial juga di hatiku.
Hari ini adalah hari pertama ukk berlangsung. Kak Vano datang ke ruanganku. Ia member semangat dengan berkata, “Rara, semangat ya, jangan lupa berdo’a, inget janjiku” aku semakin tak sabar ingin mendapatkan hadiah itu.
Hari pertama sukses, aku dapat menjawab semua soal-soal itu. Aku berkeyakinan besar bahwa semua jwabanku tadi benar. Aku menunggu hadiah dari kak Vano. Hingga tiba di ukk terakhir. Aku tetap bersemangat melewati ulangan ini.
“yes, sukses!” teriakku setelah keluar dari ruangan. Aku semakin yakin akan mendapat hadiah itu. Kak Vano lagi-lagi datang ke ruanganku. “kak Vano, hadiahnya” ujarku. “yakin juara satu?” ujarnya. “lihat aja nanti” kataku.
1 minggu kemudian, satatnya pengambilan rapor. Mama pun mengambil raporku. Dan.. yap, aku berhasil menjawab tantangan kak Vano. Aku meraih peringkat satu. Mama pun banggan dengan kerja kerasku selama ini. Aku pun langsung mencari kak Vano. “kak Vano, mana hadiahnya? Aku peringkat satu!” ujarku. “iya besok ya’ ujarnya.
Esoknya pun libur. Kak Vano datang ke rumahku. “Ra, ini hadiahnya, maaf nggak bisa lama-lama, lagi buru-buru’ ujarnya. Aku pun terkejut, “mau kemana kak?”. “uda deh buka hadiahnya, di dalamnya ada surat yang akan njelasin semuanya”. Aku semakin penasaran. “yaudah Ra, bye” dengan tersenyum. Senyum indah itu kembali hadir. Aku hanya diam melihat tingkah kak Vano yang aneh. Aku langsung membuka kadonya dan ternyata.. boneka hello kitty waktu itu, betapa senangnya aku. Ada surat dengan amplop berwarna pink di dalamnya. Aku membukanya. Perlahan aku membacanya. Dan airmataku menetes seketika. Bagaimana tidak, isinya adalah..
“Rara, ini hello kitty yang kamu mau, aku uda nepatin janjiku. Maaf kalau aku ada salah, aku mau pamit Ra, aku dapat beasiswa kuliah di London. Ini kesempatan emas Ra, aku menunggu ini dari dulu. Aku tak mungkin menyia-nyiakannya. Aku tak akan pernah sanggup berbicara langsung tentang hal ini padamu. Peluk boneka ini jika kamu rindu aku. Aku sayang kamu Aurora Maharani
                                                                                                            Elvano Hardianto”


Perlahan aku menarik nafas. Setetes demi setetes air mata membasahi pipiku. ‘aku juga sayang kamu Elvano Hardianto” gumamku. Tuhan aku tak sanggup dengan semua ini. Mengapa secepat ini? Kebahagiaanku ada padanya Tuhan. Andai aku dapat meminta, aku ingin pergi dari dunia nyata yang fana ini. Aku ingin hidup di dunia khayalku yang indah dengan sejuta imajinasiku. Kak Vano, dapatkah kita bersama lagi seperti dahulu? Mungkinkah suatu saat nanti kau kembali? Entahlah. Satu yang aku tau, kisahku begitu indah, berwarna, dan penuh makna. Hidupku berarti, semuanya karenamu. Elvano masih ingatkah kau padaku?

Comments

Popular posts from this blog

The City of My Dreams

Pemberi Harapan Palsu (PHP)

Ketidakberdayaanku